Wednesday, July 15, 2009

woman hardworker #1


yang jelas gak sesulit nyari jarum dalam tumpukan jerami, buat nemuin wajah Indonesia (khususnya wanita) di antara wajah-wajah khas Hongkong. Baik di mall - pasar tradisional, jalan gede - gang sempit, gedung mewah - apartemen kumuh. Sejauh mata memandang bakalan kebentur tampang-tampang mirip kita di negeri Paman Jacky Chan. Gak heran karena menurut data ada sekitar 150.000 orang TKW, bahkan data lain nyebutin jumlahnya mencapai 400.000 orang... Sedikit lebih banyak dari TKW asal Filipina. Hmmmhhhh.... spektakuler!!! Hampir setengah juta orang, dan hampir semua wanita. Sulit mencari TKP (bukan Tempat Kejadian Perkara, tapi Tenaga Kerja Pria), karena biasanya tenaga kerja pria disediakan by order dari majikan. Tapi itu belum seberapa dibanding kisah-kisah mereka dibalik gemerlap gedung-gedung pencakar langit....

Meskipun terlalu mudah untuk berjumpa dengan wanita-wanita Indonesia, tapi jangan terlalu berharap kita bakalan bertegur sapa dengan mereka sebagai solidaritas dan wujud nasionalisme. Bahkan ketika berdesakan atau duduk bersebelahan di dalam bus tingkat atau 'teng-teng' kendaraan khas Hongkong yang jauh-dekat 2$ HKD. Juga mungkin ketemu mereka di mall atau di pasar... bersebelahan sama-sama menawar barang, jangan terlalu berharap bakalan dapat sapaan atau teguran... "dari Indonesia ya ?.. sammaaa!". Teguran senada justru bisa ditemui di bandara Hongkong ketika kita selesai ambil tas di bagasi... "Sorry sir... where do you come from?" jika kita jawab "Indonesian" maka sangat mungkin akan dibelokkin ke pintu sensor, karena dikirain mbawa tembakau, rokok dan barang-barang terlarang lainnya.
Itulah Indonesia....

Jika berkesempatan mengunjungi Victoria Park -taman kota sebagai monumen kemenangan Hongkong- di hari Minggu sore, kita bakalan melihat Indonesia mini di negeri Hongkong. Jalan-jalan menuju taman tersebut udah dipenuhi wanita-wanita Indonesia, semakin mendekati taman semakin padat.... dan begitu mencapai Victoria Park, jumlah TKW yang ribuan orang tumpah ruah, membludak memenuhi sebagian besar area taman kota tersebut. Mulai dari wajah yang imut lugu, hingga wajah-wajah yang sangar, rambut disemir, pierching dimana-mana (gak lupa tatoo juga), rantai-rantai menjuntai di kiri-kanan celananya, mereka membentuk genk-genk, berkelompok-kelompok sesuai kesamaan prinsipnya masing-masing. Aku hampir gak percaya, mereka adalah TKW Indonesia. Bahkan ada TKW yang pulang dalam kondisi mabok, tapi majikan cuek, yang penting kerjaan beres. Lebih menyedihkan lagi kalau kita melewati jalan Wan Chai dari sore hingga larut malam, jangan heran kalau akan menjumpai banyak wanita-wanita Indonesia yang berpenampilan seksi dengan aroma parfum yang menusuk-nusuk hidung (belang). Belum lagi seperti yang pernah diliput media cetak di Indonesia tentang praktik lesbian dan kawin sesama wanita. Hongkong emang negara bebas!

Apakah semua TKW yang di Hongkong seperti itu ? jangan buru-buru memberi stempel "YA"! Karena di sebuah apartemen sederhana di kawasan Couseway Bay, gak jauh dari kantor KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) setidaknya ada 4 orang TKW yang merasa risih dengan kondisi temen-temen TKW lainnya. Pejuang-pejuang ini (yang menolak julukan "Pahlawan Devisa") mereka gigih memperjuangkan perubahan. Tersebutlah unit usaha (karena mereka gak mau disebut organisasi) bernama "ALIF" yang sedikit-demi sedikit mencoba mempersiapkan temen-temen TKW untuk memiliki life skill, enterpreneur, yang seharusnya menjadi kewajiban negara tercinta Indonesia untuk melakukannya. Negara yang barusan sukses berpesta pora dengan judul "Pilpres-wapres".
ALIF yang baru berhasil menyelamatkan sekitar 4.000 TKW sebagai anggotanya itupun sebagiannya anggota pasif (dari ratusan ribu TKW lainnya), cuman bermodal good will semata. Tak ada motivasi/pamrih lain selain kepedulian pada nasib temen-temen sesama TKW. Banyak program pembinaan mental spiritual maupun kecakapan hidup yang mencoba dirintis oleh temen-temen ALIF. Mulai dari kursus menjahit hingga komputer, yang semuanya dilakukan di hari Minggu, dimana para majikan meliburkannya selama 24 jam. Tujuannya jelas, selain mencoba mengangkat harkat dan martabat TKW yang kadang dipandang 'rendah' oleh sebagian orang, menjadi sedikit lebih terhormat karena meiliki kecakapan hidup dan prinsip hidup yang kuat. Sayang sekali hal-hal sepele tersebut justru mereka dapatkan di Hongkong nun jauh di seberang, dan bukan didapat di negeri sendiri, tanah airnya sendiri. Ironis! Di negeri yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja, kolam susu, tongkat kayu dilempar jadi tanaman. Tapi rakyatnya lebih memilih bekerja di luar negeri yang lebih menjanjikan, meski dengan segudang resiko yang harus dihadapi. Apalagi nasib saudara-saudara kita TKW yang di Malaysia... lebih mengenaskan.

Beda Malaysia, beda pula Hongkong. Gimana peraturan TKW di Hongkong? Gimana bisa seorang TKW mampu menyewa apartemen puluhan juta sebulan? Berapa gaji mereka sebulan? Gimana pula kiprah ALIF dalam upaya menyelamatkan temen-temennya? Siapa aktris intelektual dibalik kebesaran ALIF? Kenapa FKMPU sangat disegani KJRI? Insya Allah bisa diikuti pada postingan berikutnya... to be continued!


Selanjutnya...