Thursday, August 10, 2006

sepotong ikan asin


Masih cerita di balik puing gempa….

Pagi itu 27 Mei 2006, seorang wanita muda sedang berada di kamar mandi. Ketika lantai tempatnya berpijak, tiba-tiba bergoyang keras.... diiringi suara gemeretak dan gaduh. Seketika dia menyambar kain seadannya dan berusaha keluar rumah. Namun tatkala sudah berada di halaman... wanita muda tadi baru menyadari, ternyata dia hanya mengenakan kain seadanya. Sejurus kemudian, dia berlari lagi masuk ke dalam rumah bermaksud mengambil beberapa lembar baju. Namun ternyata ......., di depan pintu kamar, malaikat maut telah menjemputnya.

Ketika kondisi sudah mulai reda, beberapa orang yang mengetahui kejadian tersebut berkomentar macam-macam. Ada yang bilang “Wanita bodoh.... dah tau rumah hampir ambruk, malah masuk lagi.” Sebagian lagi berucap pasrah.. “Mungkin memang sudah takdirnya…”.

Lepas dari beberapa kontroversi tersebut, ada sebuah pelajaran yang pantas kita ambil. Di jaman yang ‘serba boleh’ dimana kebebasan telah dimaknai kebablasan. Dimana Playboy dihujat, tapi sudah hampir terbit edisi ke-empat. Dimana sebagian orang mengelu-elukan Nadine bak seorang pahlawan yang kalah perang, ternyata jauh di pelosok Bantul masih ada seorang wanita yang merasa 'malu' ketika berpakaian seadanya. Bahkan dalam kondisi darurat. Walaupun kemudian dia meninggal, tapi Insya Allah demi menjaga aurat dan martabat-nya (semoga Allah menempatkannya di tempat yang mulia). Tapi di tempat lain... orang merasa 'bangga' dengan pakaian seadanya.

Wanita Bantul tadi barangkali yang sering disebut para ‘alim bahwa orang-orang seperti itu sebenarnya tidak mati ! Karena dia senantiasa hidup dalam hati dan jiwa orang-orang yang masih hidup. Ada sebuah teka-teki para filsuf: “kenapa ikan tongkol, bandeng, atau bahkan hiu, paus. yang baru ditangkap nelayan dalam kondisi segar ketika dimasak tidak asin. Padahal ikan-ikan tersebut terendam di air laut berbulan-bulan bahkan brtahun-tahun lamanya ? Sementara jenis ikan lain, seperti teri dan ‘ikan asin’ lainnya, hanya direndam dalam air garam semalam, paginya sudah asin ?” Jawabannya sangat sederhana. Ikan segar tadi bertahun-tahun di laut tidak asin, karena dia ‘hidup’!!. Sementara ikan teri dan teman-temannya, walaupun hanya direndam air garam semalam menjadi asin, karena dia ‘mati’ !!.

Dalam keseharian, di sekitar kita... betapa banyak orang-orang ‘terhormat’ tapi tak memiliki prinsip hidup yang benar. Jangankan di lingkungan jelek, di lingkungan baikpun tak tergerak jiwanya untuk berubah menjadi lebih baik. Orang-orang yang jasadnya ‘hidup’ tapi jiwanya sudah ‘almarhum’.

Apalagi cari makan di jagad Advertising, yang sebagian orang menganggap iklan adalah ‘desiring machine’ mesin pembangkit hasrat konsumtifisme. Dimana sebuah iklan bisa memainkan theatre of mind dalam pikiran konsumen. Wanita ideal adalah yang berkulit putih bersih… rambut hitam tergerai walau tanpa rebounding. Gunakan lotion X maka dalam waktu satu minggu, kulit bisa seputih bengkoang… (gile benerr…..). Padahal dah dari sono-nya, namanya orang Indonesia gak mungkin kulitnya seputih pocong !! Trus bagaimana dengan saudara2 kita yang di Papua ? Tanpa bermaksud memancing SARA apalagi SARU.
Pembodohan masyarakat ?? Mungkin !!

Orang-orang korban peradaban dan orang-orang yang gak pernah bisa dewasa. Karena kata orang bijak "salah satu ciri kedewasaan adalah bisa menerima kenyataan" bukan berarti pasrah.
Belum lagi rule of the game di dalamnya. Apapun akan dilakukan… yang penting pitcingnya goal !! Markup lebih membanggakan, dibanding markdown.

Ambil cermin !!

Tatap dalam-dalam wajah dibaliknya.... masih ‘hidup’kah kita ?? atau jangan-jangan sudah ‘wafat’ beberapa jam, hari, bulan bahkan bertahun-tahun yang lalu tanpa kita sadari. Innalillahi wa inna illaihi rooji’uun. Sesungguhnya semua ini dari Allah, dan kepada-Nya lah kita semua akan kembali.
Kembali ?? Yup’s so pasti !!!.

Labels:

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

you make your point. Good writing.

6:11 PM  

Post a Comment

<< Home