Wednesday, August 16, 2006

kelamin warna



gak salah tuh judul… bukannya kebalik, seharusnya ‘warna kelamin’ ? Yang ginian sih bukan cuman menjurus ke SARA…. bahkan SARU bin VICTOR (Viciran Cotor). Kenapa sih kita kalo denger kata ‘kelamin’ terus pikirannya ngeres. Padahal setiap kali kita ketemu dengan yang namanya biodata, pasti deh ada ‘Jenis Kelamin’. Dan kitapun mengisinya bukan dengan menyebutkan ‘benda’nya, tapi esensinya.

Ok, deh. Kembali ke judul tadi… bener gak sih warna punya kelamin ?? Sebenarnya sadar atau tidak, kita terlalu sering kepergok dengan yang namanya kelamin warna ini. Gak percaya ?? Baiklah !! Pernah perhatiin gak kenapa warna kemasan/packaging produk-produk untuk konsumsi wanita cenderung menggunakan warna-warna pastel ? (biru muda, merah muda, hijau muda, dll). Kenapa cowok, bahkan bayi laki-laki jarang menggunakan popok warna pink ? Kenapa kemasan minyak rambut/deodorant buat cowok warnanya cenderung hitam, biru, atau merah menyala ?? Dari jawaban pertanyaan-pertanyaan tsb, barangkali bikin kita percaya… bahwa warna ternyata juga punya kelamin !!

Bahkan gak cuman punya kelamin, warna juga punya hukum…. Untuk mencapai colour balance, Om Newton pernah bikin percobaan. Kesimpulannya : Untuk keluasan warna kuning 3 (tiga) bagian, keluasan warna merah 5 (lima) bagian, dan keluasan warna biru 8 (delapan) bagian, baru bisa seimbang. Ada lagi “hukum keluasan” (Law of Area): “Semakin luas suatu area sebaiknya diisi dengan warna-warna yang semakin tenang, dan semakin sempit suatu area sebaiknya diisi dengan warna-warna yang semakin kuat”. (katanya……..)

Warna juga memiliki keberanian, semangat, heroic….. tapi juga bisa lembut, suci. Memasuki bulan Agustus… kita diakrabkan dengan dua warna tsb. MerahPutih. Warna legendaris sejak jaman Gadjah Mada. Merah yang berarti ‘berani’ dan Putih yang ‘suci’. Namun seharusnya kita malu pada para pejoeang yang pakar ‘nirmana/desain elemanter’ yang telah menyematkan makna luhur pada kedua warna tersebut. Karena kenyataannya, negeri ini sudah tidak lagi memiliki keberanian ‘merah’ dari tekanan dan utang luar negeri. Orang-orang ‘terhormat’ tak lagi memiliki keberanian untuk mengakui kesalahan, keberanian untuk meminta ma’af, dll. Jangan dulu bicara tentang kesucian ‘putih’. Karena sudah belepotan noda, bahkan darah di sana-sini. Kesucian hanya bisa didekap, jika dilandasi keikhlasan dan kejujuran. Dua kata yang akrab di bibir namun.... asing di hati !!.

Aku juga gak punya ‘keberanian’ untuk merubah merah menjadi pink yang genit feminin..... atau putih menjadi putih tua (emang ada ?) atau kelabu. Karena bukan warnanya yang salah, juga bukan kesalahan Gadjah Mada dan para pejoeang tempo doeloe. Tapi kita yang terlalu silau dengan gemerlap dunia, sehingga hati menjadi rabun dan buta warna. Tak lagi mampu membedakan, mana yang benar dan mana yang salah. 17 Agustus dah lewat 61 kali di depan idung… tapi gak pernah kecium aroma pemberani yang berhati suci. Merdeka !!! (merdeka :-??).

Labels:

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

merdeka hanya untuk mer(d)eka....

2:11 PM  
Anonymous Anonymous said...

Terima kasih untuk blog yang menarik

5:43 PM  

Post a Comment

<< Home