the power of faith
Sikap seseorang terhadap sesuatu sangat dipengaruhi seberapa besar keyakinan terhadapnya. Maka betapa banyak orang yang telah salah dalam meletakkan keyakinannya. Ada sebagian orang yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk musik, karena yakin bahwa musik itulah yang bisa membuatnya sejahtera. Ada orang yang mengerahkan seluruh jiwa, raga dan pikirannya untuk sebuah bisnis, karena dia yakin bisnis itulah gantungan hidupnya. Dan lebih banyak lagi potret-potret sosial yang menggambarkan sejauh apa keyakinan seseorang pada sesuatu.
Jangankan keyakinan yang salah, bahkan jika kita ragu saja terhadap sesuatu yang seharusnya kita yakini, maka akan sangat mempengaruhi sikap kita terhadapnya. Mengapa seseorang enggan enggan berbuat baik, beramal shalih, atau shalat Shubuh berjamaah di masjid di pagi buta yang dingin? Bisa jadi alasannya karena masih ngantuk, males, bangun kesiangan, dan segudang alasan klise yang dibuat untuk membenarkan sikapnya. Padahal kita sudah tahu betul pahala apa yang akan didapat jika kita mau mengamalkannya.
Maka sangat mungkin alasan segudang tadi, salah semua!.
Al Qur’an di awal surat Al-Baqarah telah menyebutkan dengan gamblang, bahwa kitab ini diturunkan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertqwa, dan tiada keraguan di dalamnya. Siapa orang yang bertaqwa? Ayat berikutnya juga menyebutkan dengan jelas, yakni orang-orang yang mengimani (baca: yakin) hal-hal yang ghoib, mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rizkinya (di jalan-Nya).
Keyakinan terhadap sesuatu yang ghoib adalah sebuah jawaban. Pahala itu ghoib, sorga/neraka itu ghoib, bahkan Allah ta’ala juga ghoib. Jika saja ada kebijakan dari Depag, bahwa barang siapa yang shalat shubuh berjamaah di masjid, satu orang akan mendapatkan uang Rp. 50.000... Maka bisa dipastikan orang akan berbondong-bondong memadati masjid di waktu shalat shubuh tiba. Setiap keluarga akan menghitung berapa jumlah anggotanya dan tinggal mengalikannya dengan selembar uang lima puluh ribuan. Ngantuk akan ditepis, malas akan dihalau, dinginnya pagi tak akan dirasa, demi uang tersebut. Mengapa? Karena selembar uang lima puluh ribuan itu riil, nyata, bisa diraba, bisa dipegang dan bisa dimasukan ke dompet.
Padahal balasan Allah jauuuuuuhhhh.... lebih besar dari sekedar lembaran uang lima puluh ribuan. Tapi sekali lagi, bahwa pahala, sorga, adalah tidak kasat mata. Setiap orang ketika ditanya, pasti jawabannya ingin masuk sorga. Tapi ketika ditanya tentang kematian, sebagian orang menjawab belum siap, takut untuk mati. Ironis !! karena tak ada sorga tanpa didahului melewati sebuah pintu yang bernama kematian.
Maka hari ini, jam ini, saat ini... adalah waktu yang tepat untuk bertanya pada ‘cermin’... Seberapa yakin sih kita sebenarnya terhadap janji Allah, terhadap ketentuan Allah, atau bahkan... seberapa yakin sih kita dengan keberadaan Allah? Na’udzubillah....
Selanjutnya...
Jangankan keyakinan yang salah, bahkan jika kita ragu saja terhadap sesuatu yang seharusnya kita yakini, maka akan sangat mempengaruhi sikap kita terhadapnya. Mengapa seseorang enggan enggan berbuat baik, beramal shalih, atau shalat Shubuh berjamaah di masjid di pagi buta yang dingin? Bisa jadi alasannya karena masih ngantuk, males, bangun kesiangan, dan segudang alasan klise yang dibuat untuk membenarkan sikapnya. Padahal kita sudah tahu betul pahala apa yang akan didapat jika kita mau mengamalkannya.
Maka sangat mungkin alasan segudang tadi, salah semua!.
Al Qur’an di awal surat Al-Baqarah telah menyebutkan dengan gamblang, bahwa kitab ini diturunkan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertqwa, dan tiada keraguan di dalamnya. Siapa orang yang bertaqwa? Ayat berikutnya juga menyebutkan dengan jelas, yakni orang-orang yang mengimani (baca: yakin) hal-hal yang ghoib, mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rizkinya (di jalan-Nya).
Keyakinan terhadap sesuatu yang ghoib adalah sebuah jawaban. Pahala itu ghoib, sorga/neraka itu ghoib, bahkan Allah ta’ala juga ghoib. Jika saja ada kebijakan dari Depag, bahwa barang siapa yang shalat shubuh berjamaah di masjid, satu orang akan mendapatkan uang Rp. 50.000... Maka bisa dipastikan orang akan berbondong-bondong memadati masjid di waktu shalat shubuh tiba. Setiap keluarga akan menghitung berapa jumlah anggotanya dan tinggal mengalikannya dengan selembar uang lima puluh ribuan. Ngantuk akan ditepis, malas akan dihalau, dinginnya pagi tak akan dirasa, demi uang tersebut. Mengapa? Karena selembar uang lima puluh ribuan itu riil, nyata, bisa diraba, bisa dipegang dan bisa dimasukan ke dompet.
Padahal balasan Allah jauuuuuuhhhh.... lebih besar dari sekedar lembaran uang lima puluh ribuan. Tapi sekali lagi, bahwa pahala, sorga, adalah tidak kasat mata. Setiap orang ketika ditanya, pasti jawabannya ingin masuk sorga. Tapi ketika ditanya tentang kematian, sebagian orang menjawab belum siap, takut untuk mati. Ironis !! karena tak ada sorga tanpa didahului melewati sebuah pintu yang bernama kematian.
Maka hari ini, jam ini, saat ini... adalah waktu yang tepat untuk bertanya pada ‘cermin’... Seberapa yakin sih kita sebenarnya terhadap janji Allah, terhadap ketentuan Allah, atau bahkan... seberapa yakin sih kita dengan keberadaan Allah? Na’udzubillah....
Labels: hikmah
Selanjutnya...