Tuesday, January 30, 2007

jahiliyah modern



ada yg bilang, jaman sekarang lebih jahiliyah (bodoh) dibanding jamannya Rosulullah SAW. Karena ketika Aminah, ibunda Rosul karena suatu hal gak dapat nyusuin anaknya, maka dicarilah 'ibu susu' buat buah hatinya. Caranyapun gak gampang, sebab musti diteliti betul kualitas 'ibu susu' tersebut. Baik masalah kesehatan fisik, apalagi kesehatan mentalnya. Sehingga harapannya anak yang disusukan akan tumbuh bukan cuman jadi anak yang sehat dan cerdas, tapi juga berakhlak mulia. Walaupun ASI yang mengaliri tubuhnya bukan dari ibu kandungnya, tapi dari seorang wanita yang bener2 berkualitas dan terpilih.

Yuk kita tengok yang terjadi dijaman sekarang... (yuk... ya'.. yuuuukkk!). Ketika seorang ibu karena beberapa hal gak mau nyusuin anaknya (alasan menghambat karier, takut gak seksi lagi, gak praktis, dll) maka dicarilah 'ibu susu' buat anaknya. Bedanya, jaman sekarang seleksinya relatif lebih mudah, karena tinggal beli susu formula diseduh oleh babysiter... siap deh disajikan. Padahal ibu-ibu yang cerdas tersebut tau betul dari apa susu formula itu dibikin. Baik merk yang nyebutin nama 'COW' maupun tidak, kebanyakan susu formula diambil dari susu Sapi. Artinya, 'ibu susu' yang dipilih buat anak2nya adalah Bu Sapi.

Padahal, Allah SWT bikin susu sapi kaya'nya ya buat anak sapi bukan buat anak manusia. Walaupun kandungan nutrisinya, proteinnya, dsb. mencukupi kebutuhan bayi manusia, tapi ada hal2 yang tidak 'kasat mata' yang gak dimiliki susu formula dengan botol dot-nya. Ketika seorang ibu menyusui anaknya dengan ASI, mendekapnya dengan penuh kasih sayang... gak cuman cairan ASI yang mengalir ke tenggorokan anaknya. Tapi juga terjadi proses komunikasi non verbal antara anak & ibu. Kegelisahan ibu, kemarahan ibu, atau bahkan ketidak ikhlasan menyusuinya dapat dirasakan olah bayi tsb. 'Dialog' kaya' gini gak mungkin bisa diwakili oleh botol susu, tanpa disadari ibu tersebut udah ngajarin sebentuk 'kekerasan' bahkan dengan orang yg paling dekat sekalipun. Kedekatan psikologis yg dibutuhin bayi, gak pernah didapat.

Kalo dokter anak nganjurin ASI ekslusif selama 6 bulan, maka Islam menyarankan pemberian ASI selama 2 tahun. Bukan tanpa alasan !. Karena pada usia2 inilah 'peletakan batu pertama' pondasi pembangunan fisik dan mental anak. Gimana seseorang dapat tumbuh dengan fisik yang sehat dan akhlak yang mulia, kalo pondasinya gak dibuat dari bahan2 yg berkualitas ?. Udah banyak penelitian tentang kandungan ASI, mulai dari proteinnya, vitaminnya, bahkan sampe kandungan zat antibody yang gak ada pada susu manapun. Hehehe.. secara gak sadar kita udah ngajarin 'korupsi' sejak anak2 baru lahir. Kita udah ngebohongin anak sendiri, dengan ngasih ASI yang palsu ! Jangan2... sekarang banyak anak gak nurut sama ortu-nya, cenderung menentang, bahkan jadi musuh... gara2 salah masang pondasi.

Tulisan ini bukan disponsori oleh Dinas Kesehatan... atau semacam kampanye anti susu formula, cuman analisa kecil merujuk pada jaman Rosululloh SAW. Emang susyah... kalo ngingetin orang yang dah tahu betapa hebatnya ASI, tapi tetep ngotot pada pendiriannya. Hal ini akibat dari gilasan arus globalisasi yg gak bisa dibendung, pola hidup dan gaya hidup yang cenderung materialis, dimana sesuatu selalu diukur dengan materi. Padahal banyak hal yg dibutuhkan anak, yg gak bisa digantikan oleh harta. Satu hal lagi... menurut penelitian, salah satu keunggulan ASI karena botolnya 'stainless' ( ???? )

Labels:


Selanjutnya...

Monday, January 22, 2007

"burung"ku enggak flu



nah loh ! .... jangan gampang terpengaruh sama tanda petik (").... Kata "burung" yang dijudul itu buat merujuk pada Unggas, karena walaupun wabah mematikan yang lagi 'naik daun' namanya Flu Burung, toh yang nyebarin bukan cuman burung, tapi hampir semua unggas. Ntar kalo dah Pebruari, melihara ayam di Jakarta bisa kena pidana lho !. Kita nggak mbayangin kalo suatu saat, punya ayam termasuk 'kejahatan'. Tapi emang Allah berkehendak laen, kali ya... manusia dah diperingatin dengan berbagai cara, tetep aja suka menentang kebijakan-Nya. Padahal banyak hal yang bisa diperoleh dari unggas, opor ayam, ayam gorang, ayam bakar, puyuh goreng, bebek kremes.... dll, belom lagi manfaat telornya. Allah juga dah ngasih contoh buat kita lewat keluarga unggas.

Liat aja kehidupan di sebuah komplek perumahan elit "Unggas Permai".
Yang pertama rumah tangga model keluarga Om Bebek (itik). Gak tau lagi istilahnya buat Om Bebek yang hobi kawin ini, kalo seorang muslim poligami maksimal 4, dalam satu rumah Om Bebek ini bininya bisa ampe 40 ! (10 X lipat manusia). Gak percaya ? bisa tanya sama sarjana peternakan. Tante Itik gak kalah 'kebangeten'nya. Bayangin, beliau2 ini bisanya cuman berbuat dan gak mau tanggungjawab, maunya cuman seneng2 aja. Setelah mengandung, melahirkan telurnya... gak mau ngeramin ! (emang pernah liat itik ngeram ?). Anak2nya dibiarin diasuh orang (baca: unggas) lain, bisa Orangtuanya, Mertuanya, Pembantunya ... dan selanjutnya Tante Itik ini akan sibuk dengan aktifitasnya sebagai 'betina karier'. Kehidupan keluarga yang bener2 broken home.

Model berikutnya kehidupan keluarga Pak Jago, beliau ini juga paling doyan kawin. Gak peduli itu bini tetangga, bawahannya, saudarinya, adik iparnya... bahkan yang paling 'bejat' adalah anak perempuanya sendiri, tega digaulinya. Pak Jago bisa ML disembarang tempat gak peduli diliat orang, kalo dah tersalurkan libidonya... urusan selesai. Persetan dengan tanggungjawab, pendidikan anak dsb. Nah, untungnya Bu Ayam ini termasuk betina yang cukup sabar. Hasil perbuatannya dengan Pak Jago senantiasa dierami, dijaga, bahkan kadang ngeramin juga telor Tante Itik, badannya sampe kurus... hingga anak2nya menetas. Anak-anaknya dibesarkan dengan single parent. Diajarinya nyari makan, diasuhnya dengan kasih sayang. Gajah sekalipun kalo berani nggangguin anak2nya niscaya bakal dilabrak, kasih sayangnya yang tulus bahkan mampu melampaui logika, bukannya kekuatan Gajah jauh di atas kemampuannya ?. Bu Ayam ini rela berkorban apapun buat keselamatan dan masa depan anaknya. Namun... Bu Ayam ini juga penganut Poliandri, termasuk mau juga sama anak jantannya.

Model keluarga yang ketiga adalah keluarga Pak Merpati yang hari-harinya dipenuhi dengan kemesraan diantara mereka. Pasangan ini mendayung bahtera keluarganya berdua, mulai dari mencari nafkah, mengerami telur2nya, mengasuh anak2nya... mereka berdua bergantian dengan saling pengertian. Baik Pak Merpati maupun Bu Merpati, tau betul hak dan kewajibannya, gak bakalan nuntut hak kalo kewajiban belom ditunaikan dengan benar... pasangan yang ideal. Gak heran, kalo banyak kartu undangan pernikahan bergambar sepasang merpati.

Itu cc-line (baca: sisi lain) dari kehidupan unggas yang lagi gencar2nya dibinasakan, karena kesalahan yang gak mereka ketahui. Sekali lagi cerita diatas cuman terjadi pada komplek perumahan elit "Unggas Permai", bukan di t4 kita, yang jelas Allah telah memberikan banyak contoh buat kehidupan manusia, tapi kita kadang gak bisa membacanya. Bukankah tragedi anak Adam, Qobil dan Habil juga 'berguru' pada unggas, burung gagak ketika menguburkan jenazah saudaranya ?

Allah udah ngasih contoh dan menegur kita dengan cukup sopan, lewat bencana alam, kecelakaan sarana transportasi, wabah penyakit dan lain-lain... adakah kita mendengarnya ? 'Met taon baru 1428 Hijriyah... moga aja di taon ini kita lebih peka dalam memaknai contoh dan teguran-Nya. Amien. Sebab makin nambah umur, makin jauh kita tinggalin garis Start... berarti kita makin deket sama garis Finish.

Labels:


Selanjutnya...

Tuesday, January 09, 2007

‘tahu’ yang sok tahu


kaya’ begini neh… susyahnya bahasa Indonesia. Bedain antara kata ‘tahu’ sejenis makanan dengan bahan dasar kedelai, sama ‘tahu’ yang artinya ngerti aja gak bisa. Cuman seperti biasa... tulisan ini gak bakalan ngupas masalah ’tahu’ makanan, karena ada perkara yang lebih ’berguna’ dibanding memperebutkan apakah ’tahu’ itu makanan atau ’tahu’ itu ngerti. Nah, ada yang bilang kalo manusia bisa dibedakan jadi 4 (empat) tipe :

SATU. Orang tahu, yang tahu bahwa dirinya tahu. Atao orang pinter dan menyadari akan kepinterannya. Sehingga ilmu yang dimilikinya akan dimanfaatkan di jalan yang benar, buka buat ‘minterin’ atao ngakalin orang lain. Bahkan ilmunya, kepintarannya ditularkan kepada orang lain dengan gratis. Karena berbagi ilmu gak bakalan ngabisin ilmu itu sendiri, biasanya karakter orang kaya’ gini tuh baik hati dan tidak sombong.

DUA. Orang tahu, tapi tidak tahu bahwa dirinya tahu. Orang tipe ini dekat dengan kehidupan kita, atao bahkan kita sendiri masuk yang beginian. Kita kadang tahu, kalo perbuatan jelek itu gak baik… tahu betul ! Kita tahu… gak sholat itu dosa, maksiat itu hina, korupsi itu nista….. kita tahu betul ! Tapi kita kadang atau bahkan sering melakukannya, apa karena kita gak tahu akibat perbuatan itu ? Bukan ! Semua bisa terjadi karena kita lupa atau pura-pura lupa bahwa kita sebenarnya tahu semua itu.

TIGA. Orang tidak tahu, tapi tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Ini neh.. tipe orang yang sok tahu. Udah jelas-jelas dia tuh bodoh, gak ngerti... tapi lagaknya kaya orang pinter ! Orang bodoh tapi gak tahu kalo dia bodoh... (kaciaaan deh !). Omongannya selalu ’tinggi’, gayanya kaya’ ilmuwan.... tuan serba tahu, tapi dalemnya kosong plong !. Kita jadi kasihan, karena orang tipe ini gak menyadari tentang kekurangannya, dan biasanya susyah diingatkan.

EMPAT. Orang tidak tahu, tapi tahu bahwa dirinya tidak tahu. Kesadaran yang beginian yang bisa merubah orang bodoh jadi pinter. Orang bodoh yang tahu diri, sehingga terpacu keinginannya untuk selalu dan selalu belajar terus, biar bisa adi orang pinter yang tahu diri.

Tulisan ini bukan buat menjudgment Anda termasuk tipe yang mana, karena jawabannya diri masing-masing dan Allah SWT yang tahu. Syukur-syukur masuk tipe keSATU, orang 'alim yang gak tergoda dengan gemerlap dunia. Sehingga gak pernah kepikir buat memperkaya diri sendiri dengan ilmunya. Tapi senantiasa memperbanyak amal kebaikan, ilmunya digunakan buat mbantu orang lain. Paling gak masuk tipe keEMPAT lah, kalo sekarang merasa masih belon pinter-pinter amat atao malah merasa masih bodoh, maka terpacu semangatnya buat belajar, ngaji, berburu ilmu. Jangan kaya’ tipe keDUA, orang alim/pinter yang bermaksiat, udah tahu salah masih dilanggar, bisa jadi dosanya lebih gede dibanding orang yang belon tahu. Apalagi tipe keTIGA, kaya’ tahu Sumedang (tahu pong).... ’tahu’ yang sok tahu !. Luarnya nggelembung gede... tapi dalemnya kosong melompong. Kalo gak segera menyadari keobodohannya, bisa-bisa hidup di dunia susyah.... di akhirat apalagi ! Na’udzubillahi min dzalik.

Labels:


Selanjutnya...